A. Biografi Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung merupakan seorang ahli
psikologi yang lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl, sebuah kota di Danau Constance, Swiss. Jung tumbuh dalam keluarga yang
religius, ayahnya adalah seorang pendeta, sedangkan ibunya adalah anak dari
seorang pendeta atau ahli teologia (Friedman & Schustack, 2008). Jung mempelajari ilmu kedokteran di
University of Basel. Setelah memperoleh gelar dokter, Jung kemudian menjadi
asisten di rumah sakit jiwa di Burgholze, Zurich, dan di Klinik Psikiatri Zurich. Jung terus memperdalam ilmu psikologi dan
bekerjasama dengan Eugen Bleuler, psikiater terkenal yang mengembangkan konsep schizophrenia (Yusuf & Nurihsan, 2011). Carl Gustav Jung sangat terkesan oleh
ide-ide Freud dalam buku yang berjudul Interpretation of Dream, namun kemudian
terdapat pertentangan antara pendapat Jung dan Freud, hingga akhirnya jung
memutuskan hubungan kerjasamanya dengan Freud pada tahun 1913. Jun kemudian
menyendiri dan terus menganalisis dirinya hingga Jung menemukan perbedaan
teorinya dengan Freud dan menyebutnya sebagai Psikologi Analitik (Yusuf &
Nurihsan, 2011).
Jung (Feist & Feist, 2011) mengemukakan bahwa teori psikoanalitis berasumsi bahwa fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (occult) bisa mempengaruhi kehidupan manusia. Setiap manusia termotivasi bukan hanya oleh pengalaman yang ditekan, melainkan juga oleh pengalaman emosional tertentu oleh para leluhur.
Jung (Feist & Feist, 2011) mengemukakan bahwa teori psikoanalitis berasumsi bahwa fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis (occult) bisa mempengaruhi kehidupan manusia. Setiap manusia termotivasi bukan hanya oleh pengalaman yang ditekan, melainkan juga oleh pengalaman emosional tertentu oleh para leluhur.
B. Struktur Psike (Jiwa) atau Kepribadian
b.
Ketidaksadaran
Kolektif (colletive unconscious)
Ketidaksadaran kolektif merupakan
kebalikan dari kesadaran personal yang berasal dari pengalaman individu,
melainkan berasal dari masa lalu leluhur yang sudah mengakar pada seluruh
spesies. Ketidaksadaran kolektif dari satu generasi ke generasi berikutnya
sebagai kondisi psikis yang potensial. Pengalaman nenek moyang dengan konsep
universal seperti Tuhan, Ibu, Bumi, dan lainnya. Ketidaksadaran kolektif
bertanggung jawab terhadap kepercayaan terhadap agama, mitos serta legenda. Jung (Feist & Feist, 2011) menjelaskan
bahwa arketipe adalah bayangan-bayangan leluhur yang datang dari ketidaksadaran
kolektif melibatkan tingkat yang lebih dalam dari ketidaksadaran dan dibentuk
oleh simbol emosional yang sangat kuat. Arketipe tidak dapat muncul sendiri,
tetapi aktif dalam beberapa bentuk, kebanyakan muncul dalam bentuk mimpi,
fantasi dan delusi. Jung (Feist & Feist, 2011) mendeskripsikan beberapa
arketipe, antara lain:
1) Persona adalah sisi dari kepribadian yang
diperlihatkan orang-orang kepada seluruh dunia. Contoh: seorang pengacara yang
menampilkan perilaku yang dapat dipercaya kepada kliennya.
2) Bayangan (shadow) adalah sisi gelap dan
sisi yang tidak diterima dari kepribadian seseorang, yaitu motif dan kehendak
yang memalukan, yang lebih baik tidak diakui pada orang lain. Impuls negatif
tersebut mendorong seseorang melakukan atau memikirkan sesuatu yang tidak
diterima oleh lingkungan sosial. Contoh: seorang Ayah yang tidak memberitahu
istreri dan anaknya bahwa nafkah yang ia dapatkan dari hasil mencuri (shadow merupakan
rahasia atau hal yang tidak ingin diketahui orang lain).
3) Anima adalah sisi feminin dari seorang pria yang
bertanggung jawab atas suasana hati (mood) irrasional dan perasaan tidak
logis. Contoh: seorang laki-laki yang menangis ketika Ibunya meninggal
(menangis merupakan sisi feminim).
4) Animus adalah sisi maskulin dari seorang wanita
yang bertanggung jawab atas pemikiran tidak logis dan pendapat-pendapat tidak
masuk akal dari seorang wanita. Contoh: seorang Ibu yang mencari nafkah untuk
anak-anaknya semenjak ditinggal suami (mencari nafkah merupakan sisi maskulin).
5) Ibu agung (great mother) adalah
arketipe yang dibangkitkan oleh figur ibu yang menampilkan dua dorongan yang
berlawanan, satu sisi dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan, dan di sisi lain
kekuatan untuk menghancurkan. Contoh: Ibu selalu memberikan kasih sayang kepada
anak-anaknya (seperti memberikan perhatian), tapi Ibu juga bisa memberikan
hukuman bagi anaknya yang melanggar aturan.
6) Orang tua yang bijak (wise old man) adalah
gambaran seseorang yang cerdas tetapi merupakan penampilan yang menipu dari
pengalam yang terakumulasi.
7) Pahlawan (hero) adalah gambaran
ketidaksadaran seseorang yang berhasil menaklukan sosok penjahat tetapi juga
memiliki kelemahan. Contoh: seorang laki-laki yang menolong korban yang
mengalami kecelakaan di jalan raya (arketipe pahlawan yaitu keinginan untuk
menolong orang lain).
8) Diri (self) adalah komponen psikhe yang berusaha
mengharmoniskan semua komponen lain. Dimana ia mempresentasikan perjuangan
manusia menuju kesatuan, keseluruhan dan pengintegrasian kepribadian secara
total. ketika integrasi sudah tercapai maka individu bisa dikatakan meraih
realisasi diri.
C.
Tipe-Tipe Psikologis
1. Sikap (attitude)
Suatu kecenderungan untuk beraksi atau
bereaksi dalam sebuah arah karakter. Jung mebagi sikap dari dua sisi sikap ekstrover dan introvert yang diilustrasikan dengan motif ying dan yang, sebagai
berikut:
a.
Ekstroversi
adalah sebuah sikap yang menjelaskan
aliran psikis kearah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi
objektif dan menjauh dari subjektif. Ektrover lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekelilingnya
disbanding oleh kondidi dirinya sendiri.
Orang ekstrover cenderung fokus pada sikap objektif dan menekan sisi
subjektif. Sifat-sifat individu dengan sikap
ekstroversi menurut Jung (Prawira, 2013), yaitu:
1)
Memiliki kecenderungan
berpartisipasi pada realitas sosial dalam dunia objektif, sehingga lancar dalam
pergaulan.
2)
Bersikap realistis,
aktif dalam bekerja, dan memiliki komunikasi sosial yang baik serta bersifat
ramah-tamah.
3)
Memiliki pembawaan yang
riang gembira, spontan dan wajar dalam berekspresi, serta menguasai perasaan.
4) Bersikap optimis, tidak
mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan atau konflik pekerjaan, senang untuk
mengabdi.
5) Tidak begitu banyak
pertimbangan dan cenderung kurang mendalam ketika berpikir.
6)
Relatif independen
dalam mengeluarkan pendapat.
7)
Memiliki keuletan dalam
berpikir, namun pandangannya bersifat pragmatis.
b.
Introversi
adalah aliran energy psikis kea rah dalam yang memiliki orientasi subjektif.
Introvert memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan
semua bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang bersifat individu. Orang-orang
introvert tentu akan lebih selektif menerima dunia luar dengan pandangan
subjektif mereka. Sifat-sifat individu dengan
sikap introversi menurut Jung (Prawira, 2013), yaitu:
1) Memiliki kecenderungan memasuki dunia imajiner dan memiliki
kebiasaan merenungkan hal-hal yang bersifat kreatif.
2) Termasuk individu yang produktif dan ekspresinya diwarnai
oleh perasaan subjektif, serta memusatkan kesadaran dirinya kepada ego sendiri
dan memiliki sedikit perhatian terhadap dunia luar.
3) Memiliki perasaan halus dan cenderung untuk tidak menunjukkan
emosi secara mencolok.
4) Memiliki sikap yang umumnya sangat tertutup, sehingga apabila
terdapat konflik maka berusaha untuk dapat menyelesaikan sendiri segala
permasalahan.
5) Memiliki banyak pertimbangan sehingga cenderung melakukan self analysis dan self critism.
6) Bersifat sensitif terhadap kritik.
7) Memiliki sifat yang pemurung dan cenderung menyendiri.
8) Memiliki pembawaan yang lemah lembut dalam bertindak, serta
mempunyai pandangan yang idealis.
2. Fungsi
Kedua sisi introversi dan ekstroversi dapat dikombinasikan dengan empat fungsi dan membentuk delapan kemungkinan orientasi atau jenis, antara lain:a. Thingking yaitu aktivitas intelektual logika dapat memproduksi serangkaian ide yang membuat kita dapat mengerti arti sesuatu.
b. Feeling yaitu
proses evaluasi sebuah idea atau kejadian yang mebuat manusia mengerti nilai
atau seberapa berharganya sesuatu.
c. Sensing yaitu
memungkinkan manusia menerima rangsangan fisik dan mengubahnya kedalam bentuk
kesadaran perseptual yang membuat orang dapat menjelaskan bahwa sesuatu
benar-benar ada.
d. Intuisi yaitu
persepsi yang berada jauh diluar sistem kesadaranyang dapat membuat manusia
mengetahui sesuatu tanpa mengetahui bagaimana caranya.
Fungsi Jiwa menurut Jung
(Suryabrata, 2001)
Kedua sisi introversi dan ekstroversi dapat dikombinasikan dengan empat fungsi dan membentuk delapan kemungkinan orientasi atau jenis, antara lain:a. Thingking yaitu aktivitas intelektual logika dapat memproduksi serangkaian ide yang membuat kita dapat mengerti arti sesuatu.
Fungsi jiwa
|
Sifat
|
Cara kerja
|
Thingking
|
Rasional
|
dengan penilaian;
benar-salah
|
Feeling
|
Rasional
|
dengan penilaian;
senang-tak senang
|
Sensation
|
Irrasional
|
tanpa penilaian;
sadar-indra
|
Intuition
|
Irrasional
|
tanpa penilaian; tak
sadar-naruliah
|
Fungsi
|
Sikap
|
|
Introversi
|
Ekstroversi
|
|
Thingking
|
Filsuf, ilmuan
teoritis, beberapa penemu
|
Peneliti, akuntan,
matematikawan
|
Feeling
|
Kritikus film yang
subjektif, pemerhati seni
|
Kritikus film yang
objektif
|
Sensation
|
Seniman, musisi klasik
|
Pembaca, musisi
terkenal, pengecat rumah
|
Intuition
|
Nabi, mistik, fanatik
yang religious
|
Beberapa penemu,
reformis yang religious
|
D. Perkembangan Kepribadian
1) Fase anarkis,
memiliki karakteristik dengan banyaknya kesadaran yang kacau dan sporadis,
pengalaman fase ini terkadang masuk ke kesadarn sebagai gambaran yang primitive
yang tidak mampu digambarkan secara akurat.
2) Fase monarkis, dikarakterisasikan dengan perkembangan ego dan mulainya orang berpikir secara logis dan verbal.
3) Fase dualistis, ego sebagai penerima mulai tumbuh dan ego terbagi menjadi objektif dan subjektif.
b. Masa muda
Jung (Feist & Feist, 2011) menyebutkan
bahwa masa ini ditandai dari pubertas sampai dengan masa pertengahan (paruh
baya). Periode ketika aktivitas meningkat, mencapai kematangan seksual,
menunbuhkan kesadarn, dan pengenalan bahwa dunia di mana tidak ada masalah,
seperti waktu kanak-kanak sudah tidak ada lagi.c.
Masa
pertengahan (paruh baya)
Jung (Feist & Feist, 2011)
mengemukakan bahwa masa paruh baya berawal di usia 35-40 tahun. Mereka harus
menatap ke depan dengan harapan dan antisipasi, menyerahkan gaya hidup masa
muda, dan menemukan arti baru dalam masa pertengahan.d.
Masa
tua
Jung (Feist & Feist, 2011) menjelaskan
bahwa jika seseorang mengalami ketakutan di fase sebelumnya, maka hampir
dipastikan mereka akan takut dengan kematian di masa berikutnya.
2. Realisasi diri (individuasi)
Realisasi diri adalah suatu hal yang
sangat langkah dan bisa dicapai hanya oleh mereka yang telah dengan baik
mengasimilasi kesadarn mereka dengan keseluruhan kepribadian mereka. Proses ini
bisa dicapai ketika seseorang bisa menanggalkan egonya, satu hal yang menjadi
perhatian utama dari kepribadian dan menggantikannya dengan diri. orang yang
telah mencapai relasi diri mampu
menempatkan dirinya di dunia ekternal dan internalnya.
2) Fase monarkis, dikarakterisasikan dengan perkembangan ego dan mulainya orang berpikir secara logis dan verbal.
3) Fase dualistis, ego sebagai penerima mulai tumbuh dan ego terbagi menjadi objektif dan subjektif.
b. Masa muda
2. Realisasi diri (individuasi)
E. Metode Investigasi Jung
2.
Analisis
Mimpi
Tujuan interpretasi mimpi Jung yaitu untuk
membuka elemen dari ketidaksadaran personal dan kolektif serta
mengintegrasikannya dalam sebuah kesadaran untuk memfasilitasi proses realisasi
diri. Ada tiga macam jenis mimpi yang sarat
dengan arsetip, antara lain:
3. Imajinasi Aktif
Metode ini dimulai
dengan impresi berupa gambaran mimpi, visi, tampilan atau fantasi miliki
seseorang. Tujuannya untuk membuka gambaran arketipe yang bermula dari
ketidaksaran. Sebagai variasi dari imajinasi aktif Jung kerap bertanya kepada
pasiennya pakah mereka suka menggambar, melukis atau mengekspresikan fantasi
dalam bentuk nonverbal lainnya (Feist & Feist, 2011).
4. Psikoterapi
Jung
(Feist & Feist, 2011) memlakukan terapi bertujuan untuk membantu
pasien-pasien penderita neurotic menjadi sehat dan mendorong orang sehat untuk
bekerja dengan mandiri melalui teknik realisasi diri.
3. Imajinasi Aktif
4. Psikoterapi
F. Kritik Terhadap Jung
- Menghasilkan hipotesis yang bisa diuji dan kajian yang deskriptif.
- Mempuyai kapasitas untuk diverifikasi atau diulang, dalam teori Jung sangat sulit untuk melakukan verfikasi karena teori utama Jung mengenai ketidaksadarn kolektif merupakan konsep yang sangat sulit untuk diuji secara empiris.
- Perlu menggorganisir pengamatan ke dalam suatu kerangka yang bermakna, Jung mampu mengorganisir pengetahuan yang luas yang mencakup aktivitas manusia di dalan suatu kerangka teoritis.
- Kemampuan teori untuk diterapkan, teori Jung berguna untuk membantu orang memahami mitos budaya dan melakukan penyesuaian terhadap trauma-trauma hidup, secra keseluruhan teori Jung sangat rendah dalam kemampuan penerapannya.
- Konsistensi secara internal, dalam teori Jung dinilai rendah konsistensi internalnya karena banyak istilah yang tidak di definisikan secara jelas, seperti individuasi dan relasi diri.
- Bersifat parsimony (kesederhanaan), teori Jung bukanlah teori yang sederhana karena teorinya lebih mengarah pada ketidakefektifan daripada kegunaannya, maka nilai kesederhanaannya rendah.